
Jambi | RedMOLBINJAI.id — Satuan Tugas Fast Respon Indonesia Center (FRIC) melontarkan seruan keras kepada seluruh ayah di Indonesia untuk tidak lagi abai terhadap peran strategisnya dalam pendidikan anak. Ketua Satgas FRIC, Fahmi Hendri, menegaskan bahwa ketidakhadiran ayah bukan sekadar persoalan keluarga, melainkan ancaman serius bagi masa depan bangsa.
Seruan ini menyusul diterbitkannya Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Nomor 14 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR), yang menjadi bagian integral dari Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).
“Kita tidak bisa terus menormalisasi ayah yang hanya hadir sebagai penyedia ekonomi, tapi absen dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak,” tegas Fahmi Hendri. “Ini soal tanggung jawab moral dan kebangsaan.”
Fatherless Jadi Bom Waktu Sosial
Data nasional mencatat 25,8 persen keluarga Indonesia mengalami minim peran ayah. Angka ini dinilai FRIC sebagai bom waktu sosial yang berpotensi melahirkan generasi rapuh, bermasalah secara emosional, dan rentan terhadap perilaku menyimpang yang mengganggu Kamtibmas.
FRIC menilai, kebijakan GEMAR adalah bentuk intervensi negara yang tegas untuk memutus rantai fatherless yang selama ini dibiarkan tumbuh tanpa perlawanan serius.
“Prestasi akademik anjlok, anak kehilangan figur otoritas, dan remaja mudah terseret perilaku berisiko. Ini bukan isu sepele, ini darurat nasional,” ujar Fahmi dengan nada tajam.
Negara Hadir, Ayah Jangan Menghindar
Melalui surat edaran tersebut, pemerintah mewajibkan ayah hadir secara langsung dalam pengambilan rapor anak pada Desember 2025. Bahkan, negara meminta dunia usaha dan instansi pemerintah memberikan dispensasi jam kerja bagi ayah yang menjalankan kewajiban ini.
Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd menegaskan bahwa pelibatan ayah adalah bagian dari strategi besar peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Kedekatan emosional ayah dan anak berdampak langsung pada rasa percaya diri, stabilitas emosi, dan kesiapan belajar anak. Ini investasi jangka panjang negara,” tegasnya.
FRIC: Jangan Jadikan Ini Formalitas
FRIC mengingatkan agar gerakan ini tidak direduksi menjadi sekadar formalitas administratif. Kehadiran ayah harus bermakna, disertai dialog, kepedulian, dan tanggung jawab berkelanjutan.
“Kalau ayah masih memilih absen, maka jangan heran jika negara di masa depan menanggung beban sosial yang lebih berat,” tutup Fahmi Hendri, Ketua Satgas FRIC Counter Opinion POLRI.
Redaksi : RedMOLBINJAI.id
Editor : Zulkarnain Idrus
